Senin, 18 Oktober 2010

Koreksi

Dalam langkah, terkadang banyak hal yg mengaburkan niat
melemahkan azzam, melenyapkan amal
hingga hilang keperkasaan, bahkan tertatih pincang
ketika teringat aku hanya punya sebatang nyawa yang perlahan habis terbakar waktu bagai batang rokok melepuh menjadi abu, perlahan tapi pasti.
Ini bukan soal logika, atau segala teori tentang keduniaan
kala ku bersandar pada manusia, mereka lemah, plin-plan, membingungkan
lalu apa yang kau cari?
ketika dunia memendarkan warna-warni fatamorgana
pesonanya menghipnotis membius mata
jika dibiarkan, maka tiap detik akan jauh lebih dalam-lebih dalam.
meski benar-benar menebarkan aroma rindu menyesakkan nafas
menyisakan misteri. mengawang-melambung tinggi menggandeng awan-awan mimpi.

Kamis, 02 September 2010

Merekayasa Persepsi

Kita tentu sudah belajar mekanisme stimulus – respon dalam bab alat indera dan system saraf, pada pelajaran Biologi kelas 9. Bahwa alat indera merupakan reseptor (penerima) rangsang/stimulus dari lingkungan yang melalui serangkaian mekanisme fisiologis akan mengubah stimulus (baik berupa cahaya, bunyi, sentuhan, rasa, maupun aroma) menjadi informasi berbentuk listrik yang kemudian disampaikan ke system saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang). Selanjutnya system saraf pusat akan memberikan perintah kepada organ-organ terkait sebagai bentuk tanggapan/ respon.
Pada dasarnya perilaku yang ditampilkan seseorang merupakan respon dari seluruh stimulus yang diterima seseorang dari lingkungannya. Saya memahami bahwa bahwa beberapa hal yang dirasakan dan dianggap benar, hanyalah sebuah pesepsi. Dimana persepsi adalah bagian terpenting dari dinamika psikologis yang membutuhkan penyaluran (otomatis disalurkan) melalui perilaku tampak sebagai bentuk respon atas stimulus.
Semua pikiran yang kita miliki adalah produk dari proses-proses identifikasi dan analisis informasi yang masuk kedalam otak melalui alat indera. Informasi2 tersebut kemudian diolah melalui serangkaian mekanisme yang dalam bahasa sederhana disebut berpikir. Hasil dari proses tersebut dikenal dengan sebuah PERSEPSI.
Saya memiliki pemahaman bahwa persepsi dapat dikonversikan dalam sebuah skala. Seperti halnya sesuatu yang bisa dikategorisasi. Sepertihalnya skala Likert untuk menentukan kategorisasi aktivitas siswa atau tanggapan siswa pada suatu pembelajaran di kelas. Perbedaan tingkatan dalam skala persepsi terletak pada kombinasi dan besaran informasi yang diterima oleh berbagai alat indera. Dalam bahasa yang sederhana, semakin banyak kombinasi dan semakin besar jumlah informasi yang dimiliki, maka semakin kecil nilai skala persepsi. Artinya, hasil dari proses identifikasi dan analisis didalam otak (baca: berfikir) semakin sesuai/ cocok dengan fakta pada alam nyata. Dalam hal ini fakta merupaka suatu variabel konstan sebagai acuan dalam melakukan konfirmasi atas sebuah persepsi. Mirip halnya dengan “c”(kecepatan cahaya) pada perhitungan teori relativitas Einstein. Maka untuk mempermudah pemahaman, saya gunakan istilah “RELATIVITAS PERSEPSI”.
sP= fakta / kombinasi dan jumlah informasi
Persepsi merupakan bagian terpenting dalam dinamika psikologi seseorang, sekaligus merupakan awalan dari rangkaian proses yang pada akhirnya akan menghasilkan output berupa PERILAKU.
(Bersambung….)